Cara Mendapatkan Return on Investment (ROI) yang Optimal dari Investasi Pelatihan Anda

Lima Hal yang Harus Dihindari & Sembilan Hal yang Harus Dilakukan

Oleh Michael Griffin

dibaca 5 menit

Baru-baru ini, pemegang saham utama dari sebuah perusahaan joint venture besar bernilai miliaran dolar di Indonesia mengeluh tentang investasi pelatihan mereka yang tidak memberikan hasil yang diharapkan dalam peningkatan produktivitas dan pendapatan. "Menyalahkan konsultan" adalah cara yang sangat umum untuk melimpahkan kesalahan, tetapi pelatihan jarang menjadi akar penyebab utama dari buruknya produktivitas dalam sebuah organisasi. Mari kita lihat dulu beberapa kemungkinan penyebab mengapa pelatihan tidak memberikan hasil, dan setelah itu, wawasan saya tentang bagaimana organisasi Anda bisa mendapatkan ROI yang jauh lebih baik dari investasi pelatihan Anda.

Berikut adalah beberapa kemungkinan penyebab pelatihan tidak memberikan hasil yang diinginkan:

  1. Sekadar Menggugurkan Kewajiban (Tick the Box). Ini adalah alasan paling umum, di mana departemen HR atau Pelatihan diperintahkan oleh atasan untuk mencari vendor karena adanya anggapan kesenjangan keterampilan (skill gap). Ini bisa menjadi masalah serius jika departemen HR/Pelatihan tidak memahami strategi dan tujuan perusahaan yang terkait dengan peningkatan keterampilan tersebut. Akibatnya, HR hanya diperlakukan sebagai ‘pelaksana’ yang tugasnya sekadar mencentang kotak untuk memberitahu para ‘petinggi’ bahwa mereka telah menemukan vendor dengan harga termurah demi menghemat uang perusahaan.

  2. Siapa "Project Champion"-nya? Ini menjadi masalah ketika tidak ada manajer lini senior yang bersedia memperjuangkan perubahan budaya atau keterampilan yang dibutuhkan melalui pelatihan dan perbaikan proses. Departemen Pelatihan jarang memiliki status dan kekuatan organisasi untuk mendorong perubahan. Sebagai contoh, jika yang dibutuhkan adalah keterampilan menjual, maka CEO atau Direktur Penjualan lah yang seharusnya menjadi "champion"-nya.

  3. Keterampilan Instan seperti "Microwave". Perubahan keterampilan dan kompetensi tidak terjadi begitu saja dalam workshop pelatihan dua hari. Banyak pemimpin memiliki ekspektasi yang tidak realistis bahwa jika tim mereka mengikuti pelatihan dua hari, maka – Voila! – mereka akan langsung menjadi pelatih yang hebat, penjual yang luar biasa, dan sebagainya.

  4. Hasil Pelatihan Bagus, tapi Tidak Ada Penguatan di Tempat Kerja. Penyedia pelatihan biasanya dapat menyelenggarakan workshop yang berdasarkan hasil umpan balik peserta bahwa sangat mereka nikmati, dan mereka merasa telah mempelajari keterampilan dalam program tersebut. Namun, yang lebih penting, bagaimana keterampilan itu akan diperkuat kembali saat mereka bekerja?

  5. Atasan Langsung Tidak Dilibatkan. Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan atasan langsung dari peserta pelatihan—sebelum dan sesudah workshop—memiliki dampak terbesar pada peningkatan keterampilan peserta. Namun, atasan jarang sekali dilibatkan untuk menyukseskan pelatihan bagi peserta dan timnya.

Sekarang, mari kita identifikasi beberapa cara sederhana namun efektif untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dari investasi pelatihan organisasi Anda. Gunakan ide-ide ini sebagai "checklist” saat Anda mencari penyedia pelatihan berikutnya.

  1. Fokus pada konten, proses, dan hasil keterampilan dari penyedia pelatihan terlebih dahulu, baru kemudian harga atau investasi. Dapatkan referensi dan bukti keberhasilan perubahan keterampilan yang nyata. Anda bahkan dapat meminta jaminan kinerja pelatihan.

  2. Gunakan Model Kirkpatrick untuk mengukur keberhasilan pelatihan guna memperjelas hasil yang disepakati bersama. Setidaknya, capailah kesepakatan bersama untuk hasil pada tiga level pertama dari Model Kirkpatrick.

  3. Jangan mendelegasikan inisiatif Perubahan Keterampilan atau Budaya untuk dipimpin oleh Departemen Pelatihan. Selama lebih dari 30 tahun pengalaman saya dalam pelatihan dan konsultasi, saya belum pernah melihat Departemen Pelatihan berhasil memimpin inisiatif perubahan. Pastikan pemimpin senior/manajer lini yang paling terpengaruh oleh pelatihan ini setuju dan bersedia menjadi "Project Champion" yang aktif.

  4. Perlakukan Pelatihan sebagai Proses Berkelanjutan, Bukan Acara Sekali Jadi. Perubahan keterampilan yang nyata tidak terjadi dalam sekejap. Saya sangat meyakini bahwa setiap pelatihan harus diikuti dengan program penguatan minimal selama tiga bulan untuk memastikan hasilnya permanen. Lawan pola pikir yang menuntut perbaikan kilat, dan edukasi para manajer bahwa kesabaran dalam proses ini akan memberikan hasil yang jauh lebih baik.

  5. Siapkan Manager Support Process (MSP). Atasan langsung peserta pelatihan harus menjadi bagian dari MSP ini. Prosesnya meliputi: pengarahan (briefing) tentang hasil keterampilan yang diharapkan, komitmen dan alat untuk melatih (coaching) peserta setelah workshop, serta rencana tiga bulan dengan target-target spesifik agar MSP ini dijalankan di tempat kerja. Jadikan atasan ikut bertanggung jawab atas transfer keterampilan dan kompetensi anggota timnya.

  6. Buat “Training Gym”. Dengan menggunakan alat AI (kecerdasan buatan), siapkan sebuah "training gym" di mana peserta harus melatih keterampilan mereka dengan persona buatan AI yang meniru situasi nyata. Berlatih di "training gym" ini juga dapat menghasilkan penilaian yang tidak bias mengenai penggunaan keterampilan dan dengan jelas mengidentifikasi celah keterampilan untuk dipelajari ulang atau dilatih lebih lanjut, sehingga menghemat uang pelatihan dan melindungi investasi lokakarya awal.

  7. Cegah Prinsip "Garbage In, Garbage Out”. Sebaiknya investasikan dana pelatihan pada karyawan yang telah lulus masa percobaan atau menunjukkan potensi dan sikap untuk tumbuh menjadi lebih sukses. Dapatkan juga masukan yang sopan dari pelatih mengenai peserta yang mungkin tidak berkinerja baik di pekerjaan mereka saat ini: contohnya, peserta yang kesulitan menguasai keterampilan menjual di kelas.

  8. Hanya Bekerja dengan Penyedia Pelatihan yang Mau "Berusaha Ekstra". Maksud saya, pelatih tersebut termotivasi untuk melampaui hasil workshop yang diharapkan, dan menjadi "pemimpin yang melayani" untuk mendukung Project Champion dan Departemen Pelatihan dalam mendapatkan hasil nyata di tempat kerja setelah workshop selesai.

  9. Rekrut atau Promosikan Manajer Lini yang Sukses untuk Memimpin Departemen HR Anda. Ini mungkin terlihat berisiko, tetapi jika disajikan sebagai "jalan menuju puncak" dalam organisasi, hal ini akan memberikan keuntungan besar dalam mendapatkan dukungan untuk pelatihan dan penguatan di tempat kerja dari para pelanggan internal HR, yang biasanya adalah para manajer lini yang akan menghormati pemimpin HR yang unik ini.

Saya harap Anda merasakan blog ini bermanfaat untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dari investasi pelatihan organisasi Anda. Saya punya banyak contoh nyata dari pelanggan tentang bagaimana kami telah membantu organisasi mendapatkan ROI yang lebih baik, yang pada akhirnya menumbuhkan karyawan Anda menjadi sukses dalam pekerjaan mereka. Hubungi saya jika Anda membutuhkan bantuan

Michael J Griffin
CEO & Founder of ELAvate
Training Gym Coach
Thrives on Getting Training ROI!
griffin.michael@elavateglobal.com
+65-91194008 (WhatsApp)

Next
Next

10 Kesalahan Umum, Mitos, dan Solusi Seputar Asesmen DISC